BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna lebih dari
negara-negara yang lain. Dengan letak geografisnya yang mendukung, berbagai
macam organisme dapat berhabitat di dalamnya. Kekayaan sumber daya alam juga
mengindikasikan kekayaan hayatinya.
Berbagai
jenis tumbuhan tidak hanya tumbuhan tingkat tinggi, namun juga tumbuhan tingkat
rendah, tersebar luas di seluruh tanah air. Seperti halnya lumut, lichen dan
jamur yang termasuk tumbuhan tingkat rendah, terutama terdapat pada daerah
hutan tropis. Obsevasi yang dilakukan di Pemandian Air Panas Cangar, tepatnya
di hutan Cangar membuktikan dengan adanya beragam spesies dari objek yang
diamati, bahwa Indonesia memang kaya dan hal ini menjadi pertimbangan penting
untuk semakin mengeksplorasi keanekaragaman tersebut untuk Kemajuan sains dan
masyarakat.
Mengamati dan menelitinya merupakan
hal yang perlu untuk dilakukan, agar pengetahuan mengenai objek-objek yang diamati, baik meliputi klasifikasi, jenis, morfologi sera anatomi, dan
manfaatnya dapat diketahui sehingga menghasilkan manfaat baik bagi masyarakat
dan kehidupan di alam ini.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakanya
penelitian ini adalah studi lapangan keanekaragaman Fungi, Lichens dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R.
Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya penelitia ini
antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi perkuliahan, terutama mata kuliah
Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai
keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut.
BAB II
METODOLOGI
PENELITIAN
2.1
Waktu
dan Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari
Minggu tanggal 02 Desember 2012 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan
Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.2
Alat dan
Bahan
Alat dan bahan yang digunakan sebagai
penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3. Kantong plastik
4. Buku identifikasi
2.3
Cara
Kerja
Langkah-langlah
kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur
(fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo
Cangar Batu Malang.
2. Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta), dan
jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3. Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong
plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
4. Setelah sampai di laboratorium, dilakukan
pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara kelompok.
5. Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing,
diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6. Dibagi setiap kelompok untuk dibahas di dalam
laporan hasil studi lapangan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lichenes
3.1.1 Parmotrema sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi Parmotrema sp:
Kingdom: Fungi
Divisi: Ascomycota
Class: Lecanoromycetes
Ordo: Lecanorales
Famili: Parmeliaceae
Genus: Parmotrema
Species: Parmotrema sp
Hasil
pengamatan terhadap lichen yang ditemukan di Hutan Cangar, memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: thallus berupa lembaran yang berwarna hijau keabu-abuan,
thallus tidak sepenuhnya menempel pada substrat atau masuk dalam kategori foliose,
pada tepi terdapat rambut-rambut hitam menurut litelatur disebut siliata, namun
ada yang menyebutnya sebagai rhizoid. Lichen ini ditemukan tumbuh menempel pada
substrat kayu atau pohon. Setelah diidentifikasi dan dicocokkan pada litelatur,
lichen ini memiliki ciri-ciri yang mendekati sama dengan spesies Parmotrema
perlatum. Namun karena belum yakin., pembahasan ini akan lebih banyak
membahas mengenai genusnya, yaitu Perlatum.
Genus Parmotrema A.
Massal. ditandai oleh foliose thalli membentuk pendek dan lebar, jarang memanjang,
seringkali Ciliata lobus, epicortex yang berpori,
konidia bentuk silinder
dan jenis gabungan
lichenan antara jenis Cetraria dan jenis Xanthoparmelia. Permukaan bawah dari talus yang putih menjadi hitam, biasanya
rhizinate sedikit
dengan zona marjinal lebar telanjang, kadang-kadang rhizinate tidak teratur atau pendek dengan
rhizines lebih lama tersebar dicampur tanpa margin erhizinate atau dengan yang
sangat sempit. Berbagai macam metabolit sekunder dapat terjadi di
medula, dengan atranorin dan / atau asam usnat hadir dalam korteks atas (Hale
1965; Blanco et al. 2005, Crespo dkk. 2010). Genus terdiri dari 350 spesies terutama terdapat di daerah tropis, terutama di
Kepulauan Pasifik dan Amerika Selatan (Blanco et al 2005;. Crespo dkk. 2010 dalam Kukwa, 2012).
Keterangan: Sebuah lumut
berdaun atau foliose dengan talus abu-hijau yang longgar melekat pada cabang
atau batu. Sebuah spesimen tunggal dapat tumbuh sampai sekitar 15 cm. Lobus
yang membentuk talus adalah sampai 15 mm lebar. Tepi lobus yang bergelombang
dan melekat
dari substrat dan mengandung soralia. Bawah adalah hitam menuju pusat dan
daerah menuju tepi lobus adalah warna coklat. Tepinya adalah
hitam, sehingga nama populernya ' black-edged leaf lichen'. Permukaan
talus yang halus dengan silia hitam (hingga 2 mm panjang dan kadang-kadang
bercabang). Apothecia jarang. Tes kimia: K + kuning, oranye + P, KC + oranye, UV-. Catatan Alam:
Tersebar luas di Irlandia dan sangat berlimpah di selatan dan barat. Lebih suka
kulit asam atau batuan kaya silika di daerah denagn cahaya yang baik. Hal ini
sensitif terhadap sulfur dioksida (SO2) (http://www.lichens.ie/lichen-descriptions/foliose/parmotrema-perlatum).
3.1.2 Graphis scipta
Gambar
Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi Graphis scipta menurut Setyawan(2001)
:
Kingdom : Fungi
Divisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo `: Graphidales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis scipta
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis scipta
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan
di cangar, Batu, Malang. Praktikan menemukan lichen yang bulat, berwarna putih keabu-abuan dengan thallus
yang menempel seluruhnya pada substratnya. Lichen ini memiliki rhizoid yang
menempel seluruhnya pada substrat yang di tempatinya. Oleh karena itu lichen berjenis ini di golongkan dalam lichen crustose. Dimana
lichen ini susah dilepas dari substratnya, jika memaksa untuk di pisahkan
dengan substratnya itu kemungkinan sedikit untuk tidak merusak substratnya.
Menurut
Subandi (2010), bahwa crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau pada permukaan tanah. Jenis lichens crustose
ini susah di cabut tanpa merusak substratnya.
Menurut
Tjitrosoepomo (2001), bahwa lumut kerak jenis Graphis sp berwarna
abu-abu. Habitatnya melekat pada pohon atau batang kayu yang sudah mati. Pada
bagian anatomi tampak 2 lapisan yaitu lapisan alga dan jamur. Graphis sp
memiliki thallus tipe crustose yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoplodal. Graphis
sp memiliki distribusi yang luar biasa luas dan banyak ditemukan diseluruh
amerika serikat dan eropa. Meskipun kurang umum dari pada 50 tahun lalu karena
seperti banyak lumut, sangat sensitive terhadap polusi udara.
Menurut
Campbell (2004), bahwa secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang
menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun
atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut
kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat rhizome
yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat pada
substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling kuat
melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah
pyrenolichenes.
3.1.3 Usnea barbata
Gambar Hasil
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]()
(Fredmonson, 1998)
|
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi
: Thallophyta
Kelas
: Discomycetales
Famili:
Parmeliaceae
Genus:
Usnea
Spesies:
Usnea barbata
Pengamatan yang
telah dilakukan menunjukkan, pada lokasi
pengamatan di Cangar di dapatkan spesies yang bercirikan : Hidup pada pohon
inang tetapi tidak merugikan, Daun seperti daun cemara berwarna putih
keabu-abuan, Tubuh Berupa Aposedium. Spesies ini di temukan pada ketinggian 1000 sampai 3000
mdpl. Faktor tumbuh dari spesies lichens ini adalah lembab, beraroma belerang,
suhu dingin, udara belum tercemar. Bagian – bagian yang terlihat adalah
thallus, dan rhizoid.
Berdasarkan Hasnunidah (2009)
spesies Usnea barbata ini disebut
juga sebagai Kayu angin. Kayu angin atau jenggot resi (jawa) ini memiliki
kandungan Vitamin C yang cukup. Bercirikan seperti jenggot, berwarna coklat
keabu – abuan, memiliki thallus dan rhizoid. Percabangan pada spesies usnea ini
adalah dikotom.
Usnea barbata atau lichen
merupakan tanaman dari keluarga Usneaceae yang tumbuh epiphytically pada batang dan cabang pohontanaman
ini tersebar di Hogsback.
Afrika Selatan. Ekstrak dari lichen telah
diselidiki aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri 10 dan 5 strain jamur
dengan metode pengenceran
pada agar setengah padat. Ekstrak menunjukkan aktivitas yang signifikan terhadap bakteri gram positif dengan konsentrasi
hambat minimum / terendah adalah 0,1mg/ml pada Bacillus subtilis, Enterococcus faecalis, Micrococcus viradans dan Staphylococcus aureus. Ekstrak dengan menggunakan aseton adalah yang paling aktif tidak
untuk ekstrak air yang
menunjukkan aktivitas paling tidak efektif
untuk antimikroba. Kami telah memvalidasi penggunaan lumut untuk mengobati berbagai
infeksi pada manusia dan ternak ( Cunningham,1991).
Lumut Usnea atau Usnea barbata telah digolongkan dalam Pharma Homeopathic riwayat penggunaan terapi
sejak tiga ribu tahun dalam bahasa Cina obat. Usnea
barbata mempunyai
khasiat obat yang dibuat sebagai ramuan dalam jamu-jamu tradisional. Usnea
menghasilkan antibiotic asam usnin yang berguna untuk melawan
tuberculosis.Rocella tinctoria, untuk pembuatan lakmus. Serta dapat mencegah
dan mengobati penyakit diare (mencret) (Cabrera,1996).
3.2
Lumut
3.2.1 Hypnum sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi Hypnum sp:
Kingdom: Plantae
Divisi: Bryophyta
Class: Bryopsida
Ordo: Hypnales
Famili: Hypnaceae
Genus:
Hypnum
Species: Hypnum sp
Hasil
pengamatan yang dilakukan di hutan Cangar, menemukan salah satu jenis lumut
daun yang setelah diidentifikasi masuk dalam genus Hypnum. Lumut ini tumbuh di
batang pohon, hampir memenuhi seluruh batang pohon yang berukuran besar, tumbuh
berdempet antar satu indifidu dengan dindividu yang lain. Memiliki bentuk
seperti rumput, thalus berbentuk seperti daun, dari pangkal hinggga ujung
menjumbai. Warnanya hijau terang. Berdasarkan hasil identifikasi lumut ini
masuk dalam genus Hypnum, namun kami belum dapat menentukan spesiesnya sehingga
bernama Hypnum sp.
Menurut Edawua ( ) Lumut ini berperawakan
lebat dantumbuh berdempet, berwarna hijau gelap, hijau muda, hingga terkadang
hijau kehitaman. Tumbuhan inimemiliki batang (bukan batang yangsebenarnya)
merambat ataumemanjat, arkegonium , anteridiumdan sporagonium lateral atau
cabang akhir tersusun seperti tikar. Bentukdaun lanset, lonjong dengan
ujungdaunnya yang meruncing danpangkalnya tumpul. Tanaman inibanyak hidup di
tanah yang basahatau lembab, dan di daerah yang dialiri air panas, Hypnum termasuk
dalam tumbuhan terestrial.
Tanaman kecil, 0,5 hingga 15 cm,
1 - 2 menyirip
tidak teratur atau bercabang, berfilamen pseudoparaphyllia untuk foliose,
bergigi atau tumpul, rambut ketiak 3 - 4 bersel. Batang dengan atau tanpa
hyalodermis, dengan atau tanpa untai pusat. Daun batang dan cabang yang sama
tetapi daun cabang cenderung lebih kecil dan sempit dan dengan sel Alar kurang bisa
dibedakan, secara luas sempit bulat telur, margin sinuate untuk seluruh
proksimal, bergigi untuk seluruh distal, kadang-kadang bengkok dekat dasar dan
biasanya pesawat distal; acuminate apex atau akut, costa ganda atau tidak
jelas, biasanya terbatas pada proksimal 1/4 daun, sel daun biasanya halus,
biasanya memanjang dan agak vermicular, Alar sel sering dibedakan sebagai kelompok
yang berbeda dari sel membesar atau berkurang, seringkali lebih pendek daripada
yang lain dari lekukan, daun tepat di atas wilayah Alar kadang-kadang hadir.
Autoicous kondisi seksual, dioicous atau phyllodioicous, daun perichaetial
batin tegak, bulat telur sampai berbentuk pisau pembedah atau subulate,
tiba-tiba menyempit dengan kecerdasan ramping, bergerigi atau seluruh, uji coba
penerapan atau tidak, daun luar reflexed, costa tunggal, ganda, atau tidak ada.
Seta halus, berwarna kekuningan sampai kemerahan. Kapsul tegak, miring atau
horisontal, bervariasi dari panjang berbentuk silindrik yang bulat telur,
biasanya melengkung, annulus 1 - 3 Seriate untuk hampir dibedakan, kerucut
operkulum untuk bulat-mammillate, peristome ganda, gigi exostome subulate-acuminate,
kekuningan sampai kecoklatan, permukaan luar dengan garis zigzag yang berbeda
dan lamellae, halus lintas-striolate basally, hialin dan papillose distal,
wajah bagian trabeculate, segmen endostomial sekitar setinggi gigi exostomial,
pucat dan kekuningan, carinate, lemah untuk kuat dibagi antara artikulasi,
teliti papillose, silia 1 - -3 atau kadang-kadang sederhana. Calyptra
cucullate, telanjang. Spesies ca. 50: luas di seluruh benua Antartika,
tetapi, namun terutama daerah beriklim sedang. Genus Hypnum tetap menjadi repositori untuk sejumlah elemen sumbang,
beberapa tampaknya milik keluarga lain. Ini sekali termasuk proporsi tinggi
dari lumut pleurocarpous. Konsep generik diterima di sini mengandung beberapa
spesies mungkin tidak Hypnum, tetapi merupakan genus cukup alami yang dapat
diakui di lapangan, terutama ketika diperiksa dengan lensa tangan. Saya telah menyertakan Pseudostereodon, Breidleria dan Stereodon
dalam Hypnum, dan tetap tidak yakin argumen bahwa mereka harus dipisahkan.
Fitur Gametophytic yang tertinggi dalam pemisahan spesies meskipun kehadiran
sporophytes menyediakan fitur tambahan yang memperkuat konsep spesies yang ada (Schofield, 1989).
3.2.2 Leucobryum sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
![]() |
(Edawua, )
![]() |
Klasifikasi Leucobryum sp:
Kingdom: Plantae
Divisi: Bryophyta
Class: Bryopsida
Ordo: Dicranales
Famili: Leucobryaceae
Genus: Leucobryum
Species: Leucobryum sp
Hasil
pengamatan menunjukkan lumut yang ditemukan di hutan Cangar termasuk dalam
genus Leucobryum. Hal tersebut dibuktikan dengan ciri-cirinya yaitu bentuk
daunnya yang lebat, menjumbai panjang dari pangkal keluar. Warna hijau rumput,
ditemukan menempel pada substratnya yaitu pohon. Daunnya bercabang-cabang
banyak meruncing, seperti ada batang kecil yang ditumbuhinya. Saat pengamatan
terdapat kupula dan setae yang lebih panjang dari lumutnya, nampak kupula dan setae
yang berwarna coklat. Menurut Edawua, lumut ini biasa ditemukan di bebatuan
dan tanah yang lembab. Genus ini jarang ditemukan tumbuh berkelompok, terkadang
ditemukan bersama dengan lumut daun lainnya. Lumut ini berperawakan kekar dan
lebat. Bentuk gametofit berupa daundaun yang tumbuh dengan lebat dan
berdempetan. Warna daunnya hijau muda mengkilap, sempit dan memanjang,
terkadang pada ujungnya mudah melengkung, ujung daun meruncing, dengan pangkal
yang tumpul. Antheridium dan archegonium tidak ditemukan. Bentuk sporofitnya,
menyatu antara batang (meyerupai batang) atau cabang satu dengan yang lain,
membentuk suatu akar yang menyatu. Ekologi dan penyebarannya, pada umumya
ditemukan di batuan yang lembab, pohon, dan tanah yang lembab.
Leucobryum
milik keluarga lumut yang dikenal sebagai Leucobryaceae. Keluarga ini dibantah
kalangan bryologists karena kesamaan modifikasi pesisir dengan Paraleucobryum,
Brothera, dan Campylopus dan struktur peristome dengan Dicranum, anggota
keluarga yang mengklaim beberapa bryologists Leucobryaceae harus dimasukkan,
Dicranaceae tersebut. Andrews (Bryologist 50:319-26, 1947) berpendapat bahwa
Leucobryaceae harus digabung dengan Dicranaceae tersebut. Brotherus (Crum &
Anderson, 1981) diakui sembilan marga di Leucobryaceae, semua dari mereka
kecuali Leucobryum tropis, yang meluas jauh ke utara lintang beriklim sedang
dan juga di rumah di daerah tropis di dunia Lama dan Baru. Ada sekitar 122
spesies Leucobryum seluruh dunia
(Ireland, 1982).
Reproduksi
aseksual adalah dengan kelompok kecil caducous daun seperti Gemmae di ujung
batang dan daun dengan dengan rhizoids di puncak. Spesies ini terjadi pada
humus, tanah, kayu membusuk, basis pohon, tepian batu di hutan, rawa-rawa dan
rawa. Radius nya Timur Selatan Amerika Serikat tengah, China Kaukasus, Jepang,
dan dari Newfoundland ke Manitoba di Kanada (Crum, 1981).
3.2.3 Barbula spadicea (Bryopsida)
Pengamatan
|
Literatur
|
![]() |
![]() |
Klasifikasi lumut daun ini adalah
(Corley, 1981):
Kingdom : Plantae
Phylum : Bryophyta
Class : Bryopsida
Order : Pottiales
Family : Pottiaceae
Genus : Barbula
Species : Barbula spadicea (Mitt.)
Phylum : Bryophyta
Class : Bryopsida
Order : Pottiales
Family : Pottiaceae
Genus : Barbula
Species : Barbula spadicea (Mitt.)
Hasil pengamatan saat KKL di Cangar
menunjukkan, telah ditemukan lumut daun yang berada di batang pepohonan.
Bagian-bagiannya terdapat kapsula yang agak silidris tumpul, dengan
penompangnya yaitu seta. Lalu di bawahnya agak jauh terdapat daun-daunnya atau
thalus. Di bawahnya lagi terdapat rhizome atau akar berada di dalam tanah.
Lumut ini biasanya berada di dekat sungai atau
berada di daerah bukit. Dekat dengan spesies B. fallax dalam banyak hal tetapi Barbula spadicea lebih kuat, daun lurus dan kaku, juga saraf yang
sangat kuat. Filiform peristome gigi jauh lebih pendek dan hampir tidak memutar
(Watson, 1981:223).
Tunas
berwarna coklat-kehijauan, ukuran biasanya 1,5-3 cm, dengan daun lurus (tapi
bengkok dekat basis) sekitar 2-4 mm panjang, yang hampir di sudut
kanan ke batang
ketika lembab. Kapsul silinder cukup sering, dan memiliki pendek, lurus
peristome gigi. B. spadiceus khas
tumbuh di suatu tanah yang labil, sering di dekat sungai dan selokan, juga pada
batu dan batang pohon oleh aliran air, terutama di dasar tempat yang kaya akan
nutrisi untuk lumut ini (Mark, 2009).
![](file:///C:/Users/DELL/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image025.jpg)
![Text Box: Figure 2. Detail gambar Barbula spadicea](file:///C:/Users/DELL/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image026.gif)
3.2.4 Lumut Hati (Marchantia
sp)
Gamabar
Pengamatan
|
Gamabar Literatur
|
![]() |
![]()
(Ariyani,2008).
|
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisio: Marchantiophyta
Kelas: Marchantiopsida
Ordo: Marchantiales
Famili: Marchantiaceae
Genus: Marchantia Spesies: M. polymorpha
(Ariyani, 2008).
Pengamatan yang telah dilaksanakan
dalam KKL di cangar mengenai lumut, telah ditemukan adanya lumut hati. spesies
yang kami temukan ini adalah Marchantia
polymorpha yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut : spesies Marchantia polymorpha ini, di temukan di
tempat yang lembab di daerah sekitar hutan cangar dan hidup menempel pada
bebatuan dan juga tanah yang sedikit berair (lembab) selain itu hidupnya saling
berdempetan antara spesies satu dengan spesies yang lain. Pada Marchantia
polymorpha mempunyai bagian-bagian antara lain yaitu gamae yang
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya arkegonium dan anteredium, namun organ
reproduksinya ini terpisah, yakni dalam satu spesies tidak mepunyai anteredium
dan arkegonium, melainkan dalam satu spesies kadang hanya memiliki anteredium
ataupun arkegonium saja, selain memiliki arkegonium dan anteredium, Marchantia polymorpha juga mempunyai
talus berbentuk lembaran seperti daun kecil, dan juga memiliki rizhoid, yang
berfungsi sebagai tempat menempelnya
pada substrat tertentu.
Marchantia polymorpha memiliki tubuh berbentuk lembaran
(thalus), tumbuh menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon atau tebing yang
basah. Di bagian bawah terdapat rizoid yang digunakan untuk menempel dan
mengisap air dan mineral, tidak berbatang dan berdaun. Reproduksi vegetatif
dengan membentuk gemma atau kuncup. Sementara itu, reproduksi generatif dengan
membentuk gamet. Organ pembentuk gamet jantan (antheridium) dan organ pembentuk
gamet betina (archegonium) terpisah pada lembaran berbeda. Lumut ini dapat digunakan sebagai obat
hepatitis (radang hati) (Setyawan,2001).
Menurut Campbell (2004), Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak
bercabang terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak ntheridium dan
archegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan pada
tebing-tebing yang basah. Contoh lumut ini antara lain Ricciocarpus sp. dan
Marchantia sp.
3.2.5 Lumut
tanduk (Anthocerotopsida)
Gambar
pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
(Yulianto,1992)
|
Klasifikasi dari Lumut tanduk
(Anthoceropsida) (Ariyani,2008):
Kingdom
Plantae
Divisio Anthocerotophyta
Kelas Anthocerotopsida
Ordo Anthocerotales
Famili Anthocerotaceae
Genus Anthoceros
Spesies Anthoceroslaevis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai
lumut, ditemukan pula lumut jenis lumut tanduk dengan spesies Anthoceroslaevis, pada spesies
ini ditemukan disup di sekitar daerah hutan cangar dan menempel pada bebatuan
di tempat yang lembab, selain itu pada talus bagian talusnya berbentuk
lembaran, pada sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti
tanduk, lumut ini juga memiliki rizhoid yang menyerupai akar pada tumbuhan
tingkat tinggi, rizhoid ini memiliki fungsi sebagai tempat menempel kepada
substrat tempat hidupnya.
Menurut literatur, Estiati (1995) menyatakan bahwa
lumut tanduk (Anthocerotopsida) memiliki bentuk tubuh seperti lumut hati yaitu
berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsula memanjang. Sel lumut tanduk
hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup ditepi sungai , danau atau sepanjang
selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Salah satu contohnya adalah Anthoceros sp.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya
dimasukkan dalam satu suku saja,yaitu suku Anthocerotaceae. Berlainan dengan
golongan lumut hati lainnya, sporogonium Anthocerotales mempunyai susunan dalam
yang lebih rumit.Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram ddengan tepi
bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantaraan rizoid-rizoid. Susunan
talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu
pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita kedapa kloroplas sel-sel
ganggang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang
berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lendir
(Tjitrosoepomo,2009).
Lumut tanduk
merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta lainnya tetapi cukup
berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300
spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros,
dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan
acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama
adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak
bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup
pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit
biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa
sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan
selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai
kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam
jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati
(Birsyam,1992).
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul
tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi
konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril,
yaitu kolumnela, di
tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi
elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke
seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis
diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh.
Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang
hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun
masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding
kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya (Prawiro,2007).
Setelah beberapa saat
tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya.
Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang
jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu
menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru
terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus
tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup
(Estiati,1995).
. Beberapa anterodium
terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya.
Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang.
Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah
membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki
sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi
sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium).
Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15
cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya
terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang
dinamakan kolumela.
Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan
mengasilkan spora, yang disebut arkespora.
Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut
hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama,
akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya.
Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu
sel-selnya mengandung kloroplas (Tjitrosoepomo,2009).
3.3 Jamur
3.3.1 Parasolia plicatilis atau Coprinus plicatilis (Botanic name)
Pengamatan
|
Literatur
|
![]() ![]() |
![]() |
Klasifikasi dari jamur diatas adalah, dalam Teranaki
Educational Resouce :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Subphylum : Agaricomycotina
Class : Agaricomycetes
Order : Agaricales
Family : Psathyrellaceae
Genus : Parasola
Species : Parasola plicatilis
Phylum : Basidiomycota
Subphylum : Agaricomycotina
Class : Agaricomycetes
Order : Agaricales
Family : Psathyrellaceae
Genus : Parasola
Species : Parasola plicatilis
Berdasarkan pengamatan, jamur Parasola plicatilis atau nama botaninya
(sinonimnya) Coprinus plicatilis ini
memiliki bentuk cap yang tipis atau pipih, jika mekar mirip seperti payung
jepang. Capnya juga berleku-lekuk, mempunyai tangkai yang ramping dan agak
panjang.
Jamur Parasola plicatilis pada penelitian, mikroskop diperlukan untuk
suksesnya identifikasi spesies ini secara luas didistribusikan dan umum. Ini
tumbuh di daerah berumput, biasanya di bawah sinar matahari langsung, dan
biasanya ditemukan sendiri, tersebar, atau dalam kelompok kecil (Kuo, 2011).
Morfologis, Parasola plicatilis sangat kecil (maksimal di 35 mm di saat dewasa)
dan cap pada jamur tersebut seperti payung kecil. Tidak memiliki tudung yang
universal, yang berarti itu tidak memiliki lapisan debu seperti pasir atau
spesies serupa di Coprinopsis dan Coprinellus - tapi kecil, tudung tertutup
spesies sering terlihat dengan mata telanjang seolah-olah mereka telah kehilangan
semua jejak bahan spora oleh saat mereka dewasa, sehingga mikroskop harus
digunakan untuk melihat adanya sisa-sisa spora. Spora Parasola plicatilis memiliki fitur yang paling khas: mereka gemuk
(jika sebelum mekar), seperti terdapat sudut, besar (berukuran sekitar 10-13
8-11mm), dan fitur pori eksentrik (Kuo, 2011).
Ekologi: Saprobik; tumbuh sendiri atau
tersebar di daerah berumput, biasanya di bawah sinar matahari langsung, musim
panas dan musim gugur (dan selama musim dingin di iklim hangat), didistribusikan
secara luas di Amerika Utara (Kuo, 2011).
![Text Box: Figure 1. Berbagai bentuk Jamur Parasiola plicatilis dari kecil hingga dewasa](file:///C:/Users/DELL/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image041.gif)
![](file:///C:/Users/DELL/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image043.jpg)
Parasola
plicatilis
termasuk dalam anak bangsa atau ordo Agaricales. Secara umum tubuh buah jamur
ini biasanya berbentuk payung dengan tangkai yang letaknya sentral. Pada waktu
muda tubuh buah itu diselubungi oleh suatu selaput yang dinamakan velum
universal. Jika tubuh membesar, tinggalah selaput pada pangkal tangkai tubuh
buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat juga selaput yang
menutupi sisi bawah tubuh buah. Selaput ini dinamakan velum partiale. Jika
tubuh buah membesar selaput ini akan robe dan merupakan suatu cincin (annulus)
pada bagian atas tangkai tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah,
membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora
membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah
tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang
demikian disebut Angiokarp. Lapis himenium itu terjadi secara serempak, jadi
semua bagian sama umurnya dan kelihatan dari bawah setelah velum partiale
robek-robek (Tjitrosoepomo, 2009:149-150).
3.3.2 Jamur kuping (Auricularia auricular)
Gambar Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
![]() |
![]()
(Ariyani, 2008)
|
Klasifikasi
Kingdom
Fungi
Divisi Basidiomycota
Kelas Agaricomycetes
Ordo Auricularites
Famili Auriculariaceae
Genus Auricularia
Spesies Auricularia auricular
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan
di cangar, Batu, Malang. Praktikan banyak menemukan jamur makroskopis dari
divisi basidiomycota, salah satunya adalah jamur kuping (Auricularia
auricular). Jamur kuping yang di temukan memiliki cirri-ciri melekat pada substratnya,
yakni kayu, serta memiliki tekstur yang kenyal dan berlendir. Dan pada bagian
belakang terdapat miselium. Jamur ini berwarna merah marun pada bagian atas
atau bagian cap dan berwarna coklat pada bagian bawah.
Menurut
Campbell (2004), bahwa jamur kuping (auricularia auricular) merupakan
salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas basidiomycota dan
mempunyai tekstur jelly yang unik. Jamur ini umumnya memiliki miselium yang
bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu miselium primer (
miselium yang sel-selnya berinti satu. Umumnya berasal dari perkembangan
basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyunsunnya berinti dua
, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua
basidiospora.
Menurut
sulisetjono (2008), bahwa auricularia auricular umunya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur
ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun
telinga manusia (kuping). Karakteristik jamur ini adalah memiliki tubuh buah
yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun pada keadaan
kering, tubuh buah jamur ini akan menjadi keras seperti kuping tulang. Bagian
tubuh buah dari jamur kuping berbentuk
seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping dengan memiliki
diameter 2-15 cm. tipis berdaging dan kenyal.
Jamur
kuping ini memiliki banyak manfaat kesehatan. Diantaranya untuk mengurangi
penyakit panas dalam serta rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Kandungan
senyawa yang terdapat dalam lender jamur kuping juga efektif untuk menghambat
pertumbuhan karsinoma dan sarchoma (sel kangker) hingga 80-90% serta berfungsi
sebagai zat anti koagulan (mencegah dan menghambat proses penggumpalan darah)
selain itu juga untuk mengatasi penyakit darah tinggi, anemia, wasir (ambeien)
dam memperlancar buang air besar (Sumami:2006).
Menurut
Gunawan (2009), bahwa cara reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan
membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan,
reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut
basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang
selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora. Siklus hidup pada
jamur kuping yaitu tubuh buah yang sudah tua akan menghasilkan spora yang
berbentuk kecil, ringan, dan jumlahnya banyak. Apabila spora tersebut jatuh
pada kondisi dan tempat yang sesuai dengan persyaratan hidupnya (misalnya di
kayu mati atau bahan yang mengandung selulosa dan dalam kondisi yang lembab)
maka spora tersebut akan berkecambah dan membentuk miselium melalui beberapa
fase. Pada fase pertama, miselium primer yang tumbuh akan terus menjadi banyak
dan meluas. Selanjutnya akan berkembang menjadi miselium sekunder yang
membentuk primordial (penebalan miselium pada bagian permukaan miselium
sekunder dengan diameter sekitar 0.1 cm). Dari primordial akan tumbuh dan
terbentuk kuncup tubuh buah (pada tingkat awal) yang semakin lama akan semakin
membesar (kurang lebih 3-5 hari). Kemudian, dari primordial akan tumbuh tubuh
buah jamur yang bentuknya lebar, yang pada saat tua dapat dipanen.
3.3.3 Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]()
(Roya,2007)
|
Klasifikasi Jamur tiram (Pleurotus ostreatus):
Kingdom Fungi
Divisi Amastigomycota
Class
Basidiomycota
Ordo Agaricales
Famili
Agaricaceae
Genus
Pleurotus
Spesies
Pleurotus ostreatus
Pengamatan yang telah
di lakukan di Cangar ,jamur
tiram (Pleurotus ostreatus), merupakan kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh
buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Struktur tubuh yang
terdapat pada jamur tiram antara lain lamella dan stalk.Jamur tiram ini memiliki
tekstur yang kenyal.Jarum tiram ini di temukan di kayu.Biasanya jamur tiram
berhabitat dicampuran dedak dan serbuk kayu jika dibudidayakan. Salah satu
manfaatnya adalah sebagai bahan makanan.
Berdasarkan literature, jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah
satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia, selain
jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur shitake. Pada
umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan
sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan
nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram
mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis jamur lain (Sumarsih,2010).
Jamur
tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan
tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalahjamur
pangan dari kelompok Basidiomycota dan
termasuk kelas Homobasidiomycetesdengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung (Parlindungan,2003).
Di
alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan
daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang
pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena
jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin
membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat
digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian
dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber
bibit. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang
baik pada suhu 26-30°C (Roya,2007).
Jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900.
Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan
media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal
penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan
pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal
lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas
dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur
tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan
lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik
dan lingkungan yang tidak kondusif (Aseqab,2011).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan yang dilakukan
yaitu ditemukan beberapa macam Lichen, Lumut, dan Jamur, diantaranya yang dapat
diidentifikasi yaitu:
a. Lichen yang dapat
diidentifiasi yaitu Parmotrema sp,Graphis scipta, dan Usnea
barbata.
b. Lumut yang
dapat diidentifiasi yaitu Hypnum sp, Leucobryum sp, Barbula spadicea, Marchantia
sp, Lumut
tanduk Anthocerotopsida.
c. Jamur yang dapat diidentifikasi
yaitu Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus), Jamur Kuping (Auricularia auricula), dan Jamur Parasolia plicatilis atau Coprinus plicatili.
Banyaknya
spesies yang ditemukan menunjukkan keanekaragaman tumbuhan tungkat rendah yang
terdapat di Hutan cangar, bahkan beberapa spesies diantaranya telah kami
eliminasi karena keterbatasan kemampuan kami untuk mengidentifikasi.
4.2 Saran
Sebaiknya
sarana dan prasarana dapat dibantu oleh pihak fakultas. Juga akan lebih baik
lagi jika transportasi diperbaiki. Seslain itu sangatlah bijak, bilakami
diabntu untuk mengidentifikasi spesies-spesies yang ditemukan agar mudah dalam
mengerjakan laporan. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Indah.2008.http://rumahbaca.klasifikasi-lumut-macam-macam.
Diaksespadatanggal 14 Desember 2012
Ariyani,
Indah.2008.http://rumahbaca.klasifikasi-lumut-macam-macam. Diakses pada tanggal
8 Desember 2012
Aseqab, Muad. 2011.
Bisnis Pembuatan Jamur Tiram. Jamur
Merang dan Jamur Kuping. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
Birsyam, Inge L.1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Cabrera C (1996):
Materia Medica - Usnea spp. Ear J Herbal Med2:
11-13
Campbell. 2004. Biologi
Jilid 2 . Jakarta: Erlangga
Crum, Howard and Anderson,
Lewis E. 1981. Mosses of Eastern North America. Columbia University
Press
Cunningham AB
(1991): Development of a conservation policy on commercially exploited medicinal plants: A case study
of South Africa. In: Akeele O, Heywood V,
Synge H, eds.. Conservation of
Medicinal Plants. Cambridge, Cambridge University Press, p. 338
Edawua, Nathania aernita Ekawati.
Keanekaragaman Bryophyta di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya R. Soeryo
Cangar Jawa Timur. Jurnal Ilmiah. Surabaya
Estiati, B Hidayat. 1995. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae).
Bandung: ITB Press
Gunawan AW, Agustina TW.
2009. Biologi dan bioteknologi cendawan dalam praktik. Jakarta: Penerbit Universitas
Atma Jaya.
Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah.
Bandarlampung:Unila
Ireland, Robert R. 1982. Moss Flora of Maritime
Provinces. National Museum of Canada
Kukwa, Martin et all. 2012. Thirty Six Species Of
The Lichen Genus Parmotrema (Lecanorales, Ascomycota) New to Bolivia. Polish Botanical Journal 57(1): 243–257.
Bolivia
Kuo,
M. (2011, February). Parasola
plicatilis. Retrieved from the MushroomExpert.Com http: //www.mushroomexpert.com/parasola_plicatilis.html diakses pada tanggal
09 Desember 2012 pukul 18:04
Mark,
Lawley. 2009. www.bbsfieldguide.org.uk/sites/default/
files/pdfs/mosses/ Didymodon_spadiceus.pdf
Parlindungan, Abdul
Karim. 2003.Karakteristik Pertumbuhan dan
Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan Jamur tiram kelabu
(Pleurotus sajor Caju) pada Baglog Alang-alang. Pekanbaru-Riau.
Prawiro, Hartono. 2007. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara
Roya, Intan
Ari.2007. Analisis Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan Jamur
kuping (Auricularia polytrica). Departement
of Agribisnis. UMM Malang.
Setyawan, A. D dan Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan
Subandi. 2010. Biologi
Itu Gampang. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sulisetjono. 2008. Jamur.
Malang: Jurusan Biologi UIN Malang
Sumami, sri. 2006. Budidaya
Jamur. Jakarta: Media Pustaka
Sumarsih,
Sri. 2010. Untung Besar Usaha BIbit Jamur
Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya.
Teranaki
Educational Resources. 2012. http:
//www.terrain.net.nz/friends-of-te-henui-group/fungi-te-henui/japanese-umbrella-inkcap.html
diakses tanggal 09 Desember 2012
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta : UGM Press
W. B.
Schofield. 1989. "Hypnum" in Bryophyte Flora of North America Vol.
2. Oxford University Press
Watson,
E. Vernon. 1981. British Mosses and
Liverworts. Melbourn : Cambridge University Press Australia
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: TARSITO