Biology

itu burung, bukan ulat ... nemu di FB



LAPORAN STUDI LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
ALGAE

Dosen Pengampu :
Sulisetyono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Oleh :
Nama : Fatimah El Tsenia
NIM : 11620069


JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pengertian Alga dirangkum dari Smith (1955), Gupta (1981), dan Bold dan Wayne (1985) adalah organism berklorofil, tubuhnya merupakan talus (Uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi umumnya merupakan berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksi tersusun banyak sel. Alga bukan tumbuhan sejati dan termasuk tumbuhan tingkat rendah. Kebanyakan habitatnya adalah di perairan, baik tawar maupun di laut. Penyebarannya ada di seluruh daerah perairan di dunia. Ada yang bersifat mikroskopik dan ada juga yang makroskopik. Alga dipelajari secara khusus dalam cabang ilmu biologi yang disebut Fikologi.
Alga mempunyai klasifikasi yang dibedakan antara lain Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga cokelat), Rhodophyta (alga merah), Pyrrophyta (alga api), Chrysophyta (alga keemasan), Euglenophyta (alga mirip hewan), Cyanophyta (alga biru), dan lain-lain. Keragaman tersebut sangatlah variatif dan hrus dijaga kelestariannya. Sebagai mahasiswa biologi sebaiknya mempelajari dan memahami keragaman tersebut. Maka dari itu, dilakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) guna mengetahui, mempelajari dan memahami secara mendalam mengenai alga. Dan dilakukan herbarium alga untuk diawetkan agar dipermudah pengidentifikasian dan untuk praktikum di dalam laboratorium untuk jangka waktu yang panjang kedepannya.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dilakukan di Pantai Kondang Merak, karena spesiesnya yang masih bervariasi dan masih banyak organism masing-masing spesiesnya. Itulah segala yang melatarbelakangi Kuliah lapangan untuk semester 3 pada matakuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR) yang dilakukan di Pantai Kondang Merak.
1.2.Tujuan
Tujuan dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah untuk study lapangan keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.3.Manfaat
Manfaat dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah:
1.      Agar Mahasiswa mampu mengetahui secara langsung habitat asli dari Alga
2.      Agar Mahasiswa mampu membuat Herbarium dari Alga
3.      Agar Mahasiswa mampu mengidentifikasi spesies Alga yang telah ditemukan

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat
            Penelitian tentang alga dilaksanakan pada hari kamis-jumat tanggal 15-16 Nopember 2012 di Pantai Kondang Merak. Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan Biologi Semester III Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Kantung Plastik (tempat menyimpan alga)           1 buah
2.      Alat tulis                                                             seperlunya
3.      Alat Dokumentasi                                              1 buah
4.      Ice Box                                                             4 buah
5.      Toples                                                               45 buah
6.      Aquarium kecil                                                   2 buah
7.      Beaker Glass                                                      3 buah
8.      Gelas Ukur                                                        1 buah
9.      Nampan                                                             8 buah
10.  Isolasi/plaster                                                      3 buah
11.  Spatula                                                               1 buah
12.  Buku identifikasi                                                  2 buah
2.2.2 Bahan
            Bahan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Es batu                                                                              secukupnya
2.      Kertas Label                                                                      secukupnya
3.      Asam Asetat Glasial                                                         200 ml
4.      Formalin                                                                            400 ml
5.      Etil alkohol 90 %                                                              2000 ml
6.      Pbs (Timbal sulfat)                                                            8 gram
7.      Aquades                                                                            1400 ml
8.      Alkohol 70%                                                                     2 botol
9.      Algae                                                                                 45 Jenis
2.3 Cara kerja
1.      Diambil jenis algae yang ada di Pantai Selatan Kondang Merak secukupnya.
2.      Dimasukkan algae yang didapat ke dalam wadah/ember.
3.      Disiapkan ice box (termos es) untuk menyimpan algae yang didapat.
4.      Dicuci dan dipilih algae untuk dimasukkan ke dalam ice box.
5.      Ditutup rapat ice box dengan isolasi/ plaster
6.      Dibuka ice box setelah sampai di laboratorium dan dicuci algae sampai bersih.
7.      Diidentifikasi algae dan diberi nama spesies, serta difoto algae yang telah diberi nama.
8.      Dipisahkan algae yang divisi Rhodophyta, Clorophyta, dan Paeophyta.
9.      Disiapkan larutan untuk herbarium
10.  Dimasukkan algae ke dalam aquarium (Aquarium I : Clorophyta, Aquarium II : Phaeophyta dan Rhodophyta)
11.  Direndam algae dalam larutan selama 2 hari (48 jam)
12.  Ditutup aquarium dengan kertas aluminium.
13.  Ditunggu selama 2 hari (48 jam) kemudian dibuka dan dikeluarkan algae.
14.  Disiapkan toples yang telah diisi alkohol 70% kemudian dimasukkan algae ke toples dan ditutup toples dengan rapat.
15.  Diberi label setiap toples sesuai dengan ciri-ciri spesiesnya



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.Sargassum Polycystum
Pengamatan
Literatur

Add caption


Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut (Estiati, 1995):
Kingdom   Plantae
   Divisio     Phaeophyta
     Classis     Phaeophyceae
        Ordo      Fucales
           Family    Sargassaceae
             Genus     Sargassum
                Spesies    Sargassum polycystum
Hasil identifikasi tentang ciri-ciri dari Sargassum polycystum ini yaitu:
1.      Mempunyai talus silindris berduri-duri kecil merapat yang menyerupai akar, batang, dan daun
2.      Talus bercabang dan percabangannya dinamakan percabangan pinnatus alternatus, sedangkan anak-anak cabang berbentuk daun
3.      Holdfast membentuk cakram kecil dengan di atasnya terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Holdfast ini berfungsi sebagai akar yang dapat melekat pada batu karang yang merupakan habitat aslinya di pantai
4.      Warna talus coklat
5.      Mempunyai gelembung udara (air bladder). Air bladder ini fungsinya sebagai pelampung agar tumbuhan ini tetap pada permukaan air laut
Panjang talus sekitar 35 cm, warna thallus coklat kekuning-kuningan, holdfast berbentuk discoid berrhizoid, dengan axis silindris. Mempunyai talus bentuk batang dan vesikel. Talus batang pendek, percabangan utama tumbuh rimbun di bagian ujungnya. Panjang talus bentuk daun 1,3 - 4,2 cm. Lebar talus bentuk daun 0,25 - 1,15 cm. Pada umumnya berbentuk membujur dan runcing atau membulat, dengan tepi bergerigi. Cryptostoma jelas, urat daun tidak begitu jelas. Vesikel berbentuk oval atau spherical, berukuran kecil, jumlah banyak pada talus dewasa, dengan diameter 1,5 - 3 mm. Ujung berduri dan membulat, melekat pada talus batang primer atau sekunder, dapat secara bergerombol atau sendiri-sendiri. Reseptakel bulat memanjang atau gepeng dengan pinggir berduri-duri terdapat dalam satu rangkaian bersama daun dan vesikel (Widyartini, 2011).
            Tubuh Sargassum polycystum ini didominasi oleh warna cokelat kekuningan, bentuk thallus silindris atau gepeng. Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan sporofit, talus yang mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae. Tubuhnya licin, batang utama bulat dan agak kasar. Alga ini memiliki air bladder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat terhempas ketepian pantai. Saat mereka terpisah dari induknya, mereka hanyut dan lepas ke pantai dan berkembang biak disana. Sargassum ini terus mengapung dengan bantuan air bladder dan tumbuh secara vegetative, perkembangbiakan melalui fragmentasi (peleburan dua sel gamet yang serupa atau berbeda). Kandungan iodinnya tinggi, demikian pula dengan vitamin C dan protein (Bold, 1978).
            Sargassum polycystum ini merupakan struktur talus yang paling kompleks yang dapat dijumpai pada alga cokelat. Pada alga ini terdapat diferensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh atau tumbuhan tingkat tinggi. Talus berwarna cokelat karena mengandung klorofil a dan c (Sulistijono, 2009).
            Sargassum polycystum merupakan salah satu spesies dari kelas Phaephyceae yang menghasilkan alginate (alginofit) dan sumber iodium alamiah. Produksi Sargassum di Indonesia masih dapat secara alamiah dari tempat tumbuhnya yang berlimpah di seluruh wilayah perairan Indonesia. Produksi Sargassum tersebut tergantung pada kondisi alam, musim, dan bervariasi menurut jenisnya. Faktor-faktor lingkungan berperan besar terhadap perkembangan zigot Sargassum. Dalam suatu penelitian dibuktikan kualitas nutrisi air laut yang akan digunakan di analisis kandungan fosfat, nitrat dan nitrit.  Nitar dan nitrit diketahui berperan dalam proses pertumbuhan dan reproduksi Sargassum, sedangkan fosfat dalam bentuk Adenosi Trifosfat (ATP) berperan dalam proses fotosintesis Sargassum (Szeifoul, 2006:15-16).
            Adapun jenis makroalga yang merupakan penyumbang terpenting biomassa dan mempunyai fungsi penting di ekosistem pasang surut daerah tropis adalah Sargassum sp. dan urbinaria sp.(Hatta, 1997:351).

3.2. Rhodymenia ligulata
Pengamatan
Literatur

Add caption


Klasifikasi Rhodymenia ligulata adalah (Estiati, 1995):
Kingdom          Plantae
     Divisio            Rhodophyta
          Classis             Rhodophyceae
                Ordo               Rhodymenales
                     Family              Rhodymenaceae
                          Genus              Rhodymenia
                                Spesies           Rhodymenia ligulata

Hasil identifikasi mengenai ciri-ciri Rhodymenia ligulata antara lain :
1.      Warna talus merah
2.      Thallus berbentuk lembaran pipih namun tidak lebar
3.      Memiliki holdfast dan percabangan dikotom
4.      Ditemukan di daerah intertidal pantai
Rhodymenia ligulata ini masuk dalam kelas Rhodophyceae. Rhodophyceae merupakan ganggang merah yang berwarna merah sampai ungu, kadang juga lembayung atau pirang kemerahan begitu juga dengan Rhodymenia ligulata yang berwarna merah. Pada herbarium alga ini berwarna hijau karena pada saat tahap pemberian ekstrak alcohol sebelum menjadi herbarium ini bercampur dengan alga hijau lain sehingga kelunturan oleh alga hijau yang lain.
Kromatofora alga ini berbentuk lembaran pipih, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritin, pada jenis tertentu terdapat fikosianin. Mengandung klorofil a dan d, karotenoid dan fikobilin (fikoeritin dan fikosianin). Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerah-merahan. Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual (oogami). Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif (Tjitrosoepomo, 2009:89).
Rhodymenia ligulata ini hidup di lingkungan air laut. Distribusi luas di seluruh dunia, sebagian besar  tumbuh pada bebatuan karang. Rumpun yang terbentuk oleh berbagai system percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen. Rhodophyceae yang tinggi tingkatannya mempunyai daur hidup dengan pergantian keturunan yang bersifat bifasik dan trifasik (Sulistijono, 2009)..



3.3.Codium guinense
Pengamatan
Literatur

Add caption


Klasifikasi Codium guinense adalah antara lain (Estiati, 1995):
Kingdom          Plantae
     Divisio            Chlorophyta
          Classis             Chlorophyceae
                Ordo               Bryopsidales
                     Family              Codiaceae
                          Genus              Codium
                                Spesies           Codium guinense
           
Berdasarkan pengamatan, hasil identifikasi ciri-ciri secara morfologi Codium guinense antara lain:
1.      Talus berbentuk pipih, halus, licin dan lunak seperti spong
2.      Berwarna hijau
3.      Percabangan talus dichotomus dengan percabangan utama lebih memusat ke bagian pangkal talus
4.      Terdapat holdfast di bagian bawah talus, yang fungsinya sebagai akar untuk melekat pada karang di laut
Algae jenis ini mempunyai nama latin Codium genuinense Silva dengan ciri-ciri tumbuh tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filmen-filamen halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini banyak hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni. Habitat, Hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Jarang membentuk koloni. Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Tersebar di perairan kepulauan Nusantara. Manfaat. Sebagian kecil masyarakat nelayan memanen alge ini dan mengkonsumsinya untuk sayuran (Latifah, 2004).
Codium guinense ini merupakan alga yang berwarna hijau sehingga masuk dalam divisi Chlorophyta (ganggang hijau). Chlorophyta mempunyai kloroplas yang berwarna hiaju, mengandung pirenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil (Tjitrosoepomo, 2009:55).
Berdasarkan pengamatan, reproduksi alga ini tidak diamati system reproduksinya. Hanya mengamati morfologi dari ganggang ini. Namun, alga ini termasuk dalam divisi Chlorophyta, yang memungkinkan system reproduksinya sama seperti makroalga Chlorophyta yang lainnya.


BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa, di pantai Kondang Merak ditemukan banyak spesies Makroalga, diantaranya:
1.      Sargassum polycystum merupakan alga cokelat (Phaeophyta) karena thalusnya berwarna cokelat, mengandung klorofil a dan c. Mempunyai talus silindris berduri-duri kecil merapat yang menyerupai akar, batang, dan daun. Talus bercabang. Holdfast membentuk cakram kecil dengan di atasnya terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Holdfast ini berfungsi sebagai akar yang dapat melekat pada batu karang yang merupakan habitat aslinya di pantai. Mempunyai gelembung udara (air bladder). Air bladder ini fungsinya sebagai pelampung agar tumbuhan ini tetap pada permukaan air laut.
2.      Rhodymenia ligulata merupakan alga merah (Rhodophyta) karena warna talusnya adalah merah, mengandung klorofil a dan d, karotenoid dan fikobilin (fikoeritin dan fikosianin). Thallus berbentuk lembaran pipih namun tidak lebar. Memiliki holdfast dan percabangan dikotom. Ditemukan di daerah intertidal pantai.
3.      Codium guinense merupakan alga hijau (Chlorophyta) karena talusnya berwarna hijau dan mengandung klorofil  a dan b. Talus berbentuk pipih, halus, licin dan lunak seperti spong. Percabangan talus dichotomus dengan percabangan utama lebih memusat ke bagian pangkal talus. Terdapat holdfast di bagian bawah talus, yang fungsinya sebagai akar untuk melekat pada karang di laut.
4.2.Saran
Sebaiknya dalam pengambilan spesies alga di pantai kondang merak dapat diminimalisir karena herbarium yang ada di laboratorium sudah mencukupi, dan agar kelestariannya tetap terjaga.


DAFTAR PUSTAKA

Bold, Wyne. 1978. Introduction to The Algae Second Edition. New Delhi : Prenctice Hall of India
Estiati, B hidayat. 1995. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Bandung: ITB
Gupta, JS. 1981. Textbook of Algae. New Delhi : Mc.Graw Hill Company
Hatta, A.M. 1997. Fenologi Makroalga Coklat Turbinaria (Phaeophyta : Fucales) dalam Seminar Kelautan LIPI UNHAS, Ambon 4-6 Juli 1997 : 351-365
Latifah, Eva. 2004. Biologi 2. Bandung: Remaja Rosdakarya
Smith, GM. 1955. Cryptogamic Botany Vol.1 Algae & Fungi. Tokyo : Mc.Graw Hill Company
Sulitijono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Malang
Szeifoul, Sulitijo. 2006. Pengaruh Pergantian Air Laut Terhadap Perkembangan Zigot Sargassum Polycystum dalam Jurnal Oseanologi di Indonesia, Nomor 41, Hal 15-38, 2006
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta :  UGM Press
Widyartini, Dwi Sunu, H. A. Ilalqisny Insan, dan Sulistyani. 2011. Keanekaragaman Spesies Rumput Laut  Coklat (Phaeophyceae) Pada Substrat Karang Pantai Menganti Kebumen dalam PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011, ISBN 978-602-19161-0-0

No comments:

Post a Comment